header ogi ogi ogi

Kamis, 18 Maret 2010

Cerpen buatan sendiri.. baca ya

UCAPKAN SELAMAT TINGGAL

Petir bergantian menyambar, seiring derasnya hujan yang tiada hentinya. Aku tak berani melihat keluar, hanya bisa sembunyi dibalik selimut hangat. Tak lama kemudian Sery menelpon, “Halo Fia..” aku tak menyangka dia berani menelponku padahal diluar hujan petir sangat mengerikan. “Ada apa Sery?” tanya ku penasaran. “Ada hal penting! Tiko kecelakaan...” “Apa? Sekarang dia dimana?” aku langsung tersedak kaget. Tiko adalah temen cowok yang paling menyebalkan tapi tanpa dia hari-hari ku kosong tanpa tawa. “Gak tau, gue cuma baca status fb nya” ujar Sery. “Aneh dia , kecelakaan masih sempetnya fb-an, dasar Tiko” lanjutnya. Aku dapat sedikit lega, aku fikir tidak mungkin kecelakaannya parah. “Yaudah deh, loe telpon dia aja” kata Sery. “Ogah ah, gengsi gue.” “Ye..elo, pake gensian segala..kalo dia kenapa-kenapa gue juga yang rugi nampung air mata loe.” “Ah sialan loe,mikirin diri sendiri aja!” pikiran ku semakin tidak tenang. “Yaudah ntar gue kabarin loe kalo gue butuh bantuan loe..dah” kata ku sembari menutup telpon.

Aku buru-buru menyambar laptop untuk online, hanya sekedar untuk melihat kepastian yang dikatakan Sery tadi. “Ah! Disaat kayak gini malah gak connect.. uuuh” lalu aku meminjam handphone mama, maklum handphone ku tidak bisa internet-an. “Ma, aku pinjem hp bentar” pintaku. “Hujan deras gini main hp, gak liat apa kamu petir di luar serem. Semua barang elektronik dimatikan Fia!!” celoteh mama. Aku hanya bisa mengiyakan. Batin ku makin tersiksa, dan aku memikirkan cara lain. Tetapi hanya ada satu yaitu menanyakan langsung padanya. “Yaudah, gue ikuti saran loe Ser.” ujar ku sambil mengingat perkataan Sery tadi. Fia mulai mengirim sms dulu, tetapi sudah berjam-jam tidak terkirim-kirim. “Ah, pending!!” teriakku. Akhirnya Fia mencoba menghubungi Tiko dengan memakai privat number. Namun tidak ada nada sambung, membuat Fia semakin cemas.

Di luar masih siang, namun langit terlihat malam..sangat pekat dan gelap. Aku menghubungi Sery, namun disaat yang bersaan guntur datang memekakkan telinga ku. Spontan saja Aku berteriak dan berlari bersembunyi dibalik bantal.

Keesokan harinya..

Tiko gak masuk sekolah!” semua anak kelas panik tidak karuan.

Sery, elo udah tau keadaan Tiko? tanya Lathi sedikit cemas.

Yah lo kok nanya gue, bukannya kemaren loe nguhubungi dia?”

Tapi gak nyambung-nyambung..” aku kelepasan. Seharusnya aku tidak terpancing dengan pertanyaan pancingan Sery.

Kemudian Sery tertawa, seperti dugaan ku. “Udah! Mending sekarang kita nyamperin Tiko.” kata ku mengalihkan ledekan Sery. “Apa? hahaha, loe emangnya udah tau dia dimana? Perasaan kalo gue gak salah denger sih, loe bilang dia gak bisa dihubungi kan?” tawa Sery makin besar. Aku tersentak, aku tidak sadar mengatakan itu. Wajahku mendadak merah menahan malu. Buru-buru aku meninggalkan Sery. “Tunggu Fia!” “Santai aja sob, gue tau loe salting, wajarlah manusiawi..hehe. Pokoknya sekarang kita fokus dulu sama keadaan Tiko” Sery langsung mencoba menghubungi Tiko. “Gak nyammbung Fi, gimana kalo kita ke rumahnya ja” aku jadi bingung, apa aku harus meninggalkan jam pelajaran dan mengambil resiko bolos demi Tiko. “Udah, jangan kelamaan mikir! Kita gak ada waktu lagi.” Sery menarik tangan ku dan kami tanjap gas menuju rumah Tiko seperti ada sesuatu yang akan hilang saja, sangat panik dan penuh kecemasan. Sepanjang perjalanan aku hanya mengharap yang terbaik untuk Tiko.

Sampailah dirumah Tiko, kami melihat ibunya Tiko baru saja mengunci pintu dan meninggalkan rumah. Aku dan Sery langsung menghampiri ibunya Tiko. “Tante, Tiko dimana? Kenapa dia tidak masuk sekolah? Apa benar dia kecelakaan kemarin?” tanpa basi-basi aku langsung menanyakan semua yang sudah berkecamuk dikepala ku. “Tiko kemarin ketabrak mobil, motornya terseret sangat jauh,, sekarang dia sedang dirawat di ICU,Nak” kata ibunya Tiko sambil menangis. Tit...tit.. handphone ku berbunyi, “Fia lu bolos kemana? Ibu Margart ngomel-ngomel nih” Rey memberitahukan padaku, yang membuat kepala ku mendadak migren. “Aduuh! Gimana nih, gue lagi di rumah Tiko.” “Ngapain ? Ngapain lu ke sana? Lu lebih mentingin urusan yang gak penting gitu ya daripada kepentingan lu sendiri?” kata Rey dengan nada marah. Aku tersentak kaget, baru kali ini Rey marah begitu padaku. Tanpa pikir panjang lagi aku menjawab perkataan Rey, “Peting ya loe nelpon gue!”.. tutut..tuut.. marah ku sembari menutup telpon. Sery memberitahuku Tiko ada di RSUD, dan kami langsung menuju ke sana bersama ibunya Tiko. Sesampai disana, aku tidak bisa melihat keadaan Tiko, aku hanya melihatnya samar, dengan kaki di gips, kepala di perban dan tubuh lunglai tak berdaya.

Aku mulai menangis bersama Sery. “Udah, Fi loe gak usah larut, Tiko pasti bisa sembuh, loe harus yakin..yah” “Sery, gue gak pengen nangis tapi air mata ini terus mengalir..” “Iya Fi gue ngerti” kemudian suasana hening dalam sedih.


Tiga minggu lamanya Aku menugnngu Tiko kembali seperti biasa. “Tiko!!” sambut anak kelas dengan meriah. Otomatis aku sangat kaget bercampur bahagia.”Tit..Tokek! cepet banget sih lo di RS! Gak bosen apa?” begitulah panggilan ku pada Tiko. “EH, Fiu..Gak lah, gue kan cuma tidur doank di ruang RS.” Tiko memanggil ku begitu. Hanya kami yang bisa menerjemahkan perkataan yang kami lontarkan. “Tiko, lo udah sembuh. Bagus deh” kata Rey datar, sambil melirik sekilas padaku. Aku tidak begitu berteman lagi dengan Rey semenjak kejadian waktu itu. Tetapi Rey seakan tak memperdulikannya dan terus mendekatiku seperti biasa.

Aku bisa bercanda kembali dan saling ledek bersama Tiko. “Waktu gue masuk RS, reaksi loe gimana Fyu?” tanya Tiko mendadak. “Gak tuh biasa aja, gue malah bersukur soalnya berarti loe manusia beneran yang bisa sakit parah kayak gitu.. ahahaah” jawabku sambil terus tertawa. “Ah, elo padahal gue udah beliin baskom buat loe nampung air mata..hhaha” balas Tiko. Aku pun melempar Tiko dengan bola bekel ku.

Hari itu pun tiba, hari dimana aku harus meninggalkan semua termasukk Tiko dan Sery..orang yang mengisi hari-hari ku menjadi lebih bewarna. Aku tidak ingin menyakiti mereka, tapi aku ingin membuat pertemuan terakhir kalinya dengan mereka. Ketika aku kabarkan aku akan tinggal bersama Tanteku di Singapura, mereka tersentak kaget. Tapi Tiko tidak berucap apa-apa, aku pun mengurungi niat ku untuk menggelar acara perpisahan. Tiko lalu mengajak ku bertemu di belakang sekolah, “Fyu, loe mau apa aja gue usahain,,gue pengen ngasih suatu yang beharga banget buat loe,”

Tiko, loe gak usah gitu, gue tambah sedih.”

Gue serius, izinkan gue ngebahagianin loe untuk yang terakhir kalinya dan mungkin untuk pertama kali.”

Elo udah bikin hari-hari gue selalu bahagia Ko.. Gue,.. gue pengen boneka tokek.” Ucapku sambil menahan tangis.

Selain itu?”

Gue pengen elo tetap di samping gue..” aku pun tidak tahan untuk melepaskan tangis.

Tiko pun merangkulku dan kami melepaskan semua duka dan luka bersama..

Aku yakin kita pasti bakal ketemu, meskipun sulit untuk itu, gue bakal nunggu loe ditempat ini, tepat hari ini sampai kapanpun penantian gue... buat loe Fi..”

Gue janji, sampai jumpa disuatu saat nanti..Tiko”

Selamat jalan Fia, jangan pernah lupain gue”

Aku pun dengan berat langkah menjauhi Tiko yang masih mematung menyaksikan detik-detik kepergian ku.

Fia!!” panggil Tiko. Aku langsung berbalik. “Boneka tokeknya gue kirim lewat paket ya!! Sampai disana elo harus hubungi gue dan ngasih tau alamat loe..Ok?” kata Tiko dengan senyum nya yang khas. Aku pun langsung tertawa, “Ah..elo bilang aja pengen tau alamat gue, gak usah pake alasan mau ngirim paket deh..mana bonekanya tokek lagi,,jelek kayak kembarannya..” balas ku sambil tertawa. Kami pun tertawa bersamaan, aku menjadi lega untuk pergi dan beban ku agak berkurang. “Makasih Tiko...aku sekarang udah siap, gue harap loe juga.” “Iya Fi, loe gak boleh pergi dengan persaan sedih loe, gue ikhlas kok,liat nih gue masih bisa senyum”

Bye..” satu kata namun sangat menusuk, itulah yang bisa ku katakan sembari memberi senyum terakhir ku padanya.

C U




6 komentar :

mohon komentarnya makasih